Saadah Alim menulis naskah tonil. Pembalasannja, terbit pertama kali di akhir-akhir Hindia Belanda, pada 1940. Ceritanya merepresentasikan suara penulisnya. Perempuan yang hendak menyuarakan nasib kaumnya di bawah kungkungan kuasa laki-laki. Tokoh utama naskah tonil ini, Nur Asyikin, dengan berani keluar dari budaya perjodohan dan memilih menentukan jalan hidupnya sendiri. Sebuah suara yang mewakili zamannya atau justru gema yang terlambat tiba?
Saadah Alim merupakan salah satu tokoh perempuan Minangkabau yang giat mendorong keberanian dan perjuangan hak-hak perempuan pada awal abad 20. “Pendidikan bukanlah kemewahan yang berlebihan bagi perempuan” tulis Saadah Alim pada Buku Tahunan Wanita Hindia yang pertama (1936). Dia juga aktif menulis di antaranya karya sastra, esai, dan karya terjemahan.
Saadah lahir pada 09 Juni 1898 di Seberang Padang, Kota Padang. Menempuh pendidikan hingga masuk Kweekschool Fort de Kock, ia menjadi bagian dari pelajar perempuan awal yang mengenyam pendidikan di sana serupa Sjarifah Nawawi.

Hal ini merupakan suatu keistimewaan bagi anak perempuan masa itu. Sebab, pada awal abad 20 di lingkungan Minangkabau, menyekolahkan anak perempuan disamakan halnya dengan menghantarkan mereka ke gerbang kehancuran.
Setelah tamat sekolah, Saadah aktif mengadakan openbare vergadering (rapat terbuka) di Padang. Para pendengarnya bukan hanya kaum perempuan, tetapi juga kaum laki-laki, para orang tua dan bapak-bapak. Saadah menyampaikan “supaya bapak-bapak meruntuhkan pikiran lama tentang kemajuan perempuan” (Zed, 2009).
Gerakan yang diinisiasi oleh Saadah Alim ini telah mendorong terbukanya akses pendidikan bagi perempuan untuk menumbuhkan aktualisasi diri. Dia menggerakkan keberanian perempuan-perempuan Minangkabau, terutama untuk menyampaikan gagasan dan menentukan pilihan hidup mereka.
Dalam salah satu tulisannya, “Minangkabau, eenige uit de samenleving”, ia menegaskan penolakannya pada praktik kawin paksa: “Sudah pasti adat ini melahirkan pemberontak di antara perempuan-perempuan yang lebih tercerahkan dan mereka tidak membiarkan diri mereka dipaksa dalam persoalan cinta”.
Melalui naskah Pembalasannja, Saadah Alim menggemakan lagi suara perjuangan yang sama. Tidak hanya menguraikan aktualisasi diri perempuan dalam masyarakat dengan mengejar cita-cita melalui pendidikan, ia juga menyiratkan perenungan terkait cinta antara perempuan dan laki-laki. Cinta yang lahir dari kedaulatan diri si perempuan, bukan dari keputusan yang ditimpakan atasnya oleh kekuasaan di luar dirinya.
Naskah tonil ini selanjutnya mengisahkan perjalanan Nur Asyikin berjumpa dengan Bahar. Sebagai permulaaan babak/bahagian baru, Saadah menghadirkan sepasang suami istri lainnya yakni Mochtar dan Zubaidah. Mochtar merupakan sahabat karib Bahar, dan Zubaidah adalah sahabat sekolah Nur Asyikin. Mochtar dan Zubaidah menemui Nur di Padang, sembari membeli tiket akan berlayar ke Djakarta. Nur pun menyadari bahwa suami mereka bersahabat karib.
Oleh sebab itu, Nur ikut pula ke Djakarta. Keinginan ini sudah lama muncul dalam pikirannya, sebab lainnya juga karena ia telah diterima menjadi guru salah satu sekolah di sana. Kisah tokoh-tokoh dalam naskah tonil ini kian bergelut dengan tetap memegang sebuah rahasia. Yaitu memperkenalkan Nur bukan sebagai istri seseorang, tetapi gadis muda asal Padang.
Di lain sisi, Bahar juga tidak memperkenalkan dirinya bahwa ia telah memiliki istri. Oleh karena Mochtar bersahabat karib dengan Bahar, pertemuan Nur dan Bahar pun kian erat. Bahar mabuk kepajang pada Nur Asyikin usia 21 tahun itu. Sampai pada akhir cerita, yang menyatukan pertemuan akan pencarian masing-masing tentang cinta.
NUR ASJIKIN (kelihatan terkedjut, kemudian) : Akupun sebenarnja bukan seorang jang seperti kau sangka. Akupun ada jang menghambat (menundukkan kepalanja). Aku telah bersuami.
BAHAR (terkedjut, melompat, berdjalan mundar-mandir) : Ini rupanja hukumanku, menjiksa isteriku jang tiada bersalah. Selama ini tak seorang djuga perempuan jang kuanggap pantas mendjadi isteriku. Sekarang aku bertemu dengan seseorang jang aku tjintai, aku tjintai dengan sangat, bagaikan gila aku rasanja. Kiranja orang lain telah dahulu dari padaku.
…
BAHAR (tertjengang, kemudian girang, berseri): Nur, mamakku Hadji Abdurrachman … ajahmu? Djadi kau …
NUR ASJIKIN (berseri): Isterimu! Menjesalkah suamiku kembali ketangan isterinja sendiri?
…
BAHAR (mentjapai kedua belah tangan Nur Asjikin, dengan pandangan tjinta) : Isteriku!
Layar tertutup. TAMAT. (Hal.50)

Menurut H.B. Jassin dalam catatannya (di Pusat Dokumentasi Sastra HB Jassin, Jakarta 09 Juni 1968), naskah drama Pembalasannja adalah satu-satunya naskah yang ditulis oleh perempuan Indonesia pada masa sebelum Jepang menduduki Hindia Belanda. Nilai penting naskah tonil ini, kata Toeti Heraty (2018) ialah penggambarannya tentang keserasian dalam rumah tangga yang hanya dapat dipertahankan dengan kombinasi adaptasi antara suami dan istri. Kembali menjadi titik terang mengenai perbedaan makna antara ‘keseimbangan’ dan ‘kesetaraan’ dalam ikatan pernikahan.
Sejauh ini tidak ditemukan pemberitaan mengenai naskah Pembalasannja karya Saadah Alim telah dipanggungkan. Namun, pada tahun 1950-an, beberapa koran Indonesia dan Belanda, mengabarkan permasalahan tentang adaptasi naskah ini tanpa izin menjadi film “Menanti Kasih” karya Said. Permasalahan ini turut melibatkan Kementrian Penerangan dan Perusahaan Film Negara saat itu. Akhirnya, permasalahan ini diselesaikan hanya dengan komunikasi lanjutan di mana Said menemui Saadah Alim.
Sebelum naskah tonil Pembalasannja, Saadah Alim sesungguhnya telah pernah pula menulis naskah lakon “Gando Nilai”. Naskah ini, berdasarkan surat kabar Tjaja Soematra 04 Februari 1930, ditampilkan oleh para murid H.I.S. dan sekolah keputrian Padang Panjang, murid-murid Saadah Alim. Pertunjukan ini juga dihadiri oleh beberapa orang dari berbagai daerah luar Padang Panjang, di antaranya Sjarifah Nanawi dari Fort de Kock dan Dr. Arifin dari Payakumbuh. Hanya saja, naskah permulaan ini tidak tampak dibukukan atau dipublikasikan secara luas.
Eksplorasi konten lain dari Cagak.ID
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.