| Judul Buku | Lima Tjerita |
| Penulis | Junus St. Madjolelo |
| Penerbit | Bukittinggi dan Jakarta, NV Nusantara, 1962 |
| Tebal | 52 Halaman |
Buku ini merupakan kumpulan cerita pendek yang ditulis oleh Junus St. Madjolelo. Lima buah cerpen dalam buku ini, masing-masing berjudul Tuanku Keramat, Dua orang penipu, Dua saudara, Si Rahmat jang beruntung, dan Bertolong-tolongan. Cerita-cerita ini sebagian besar sudah cukup akrab dalam masyarakat. Dapat dikatakan bahwa cerita-cerita ini merupakan cerita yang hidup dalam masyarakat, meskipun belum bisa dikatakan sebagai cerita rakyat.
Pada pengantar buku ini, Junus menulis: semasa nenekku masih hidup- empat puluh tahun jang lalu- kerap kali benar berliau bertjerita-tjerita kepada kami, anak tjutju belaiu… Agar dapat pula dinikmati oleh anak-anak, jang hidup dalam zaman kemadjuan ini, saja karangkan kembali lima buah diantaranja. Hanja bedanja: nenek bertjerita dalam Bahasa Minangkabau, sedang tjerita ini diolah kembali dalam Bahasa persatuan kita, Bahasa Indonesia (hlm. 4).
Cerita pertama, misalnya, mengisahkan tentang seorang anak yang belajar di surau, bernama Rahman. Ia dikenal susah menghapal pelajarannya. Hanya dua huruf saja yang berulang-ulang dapat diajarkan, yaitu alif dan ba. Sehari ia dapat melafalkan huruf alif, ia lupa pada huruf ba. Demikian juga sebaliknya. Karena itu ia lebih dikenal dengan nama julukan Si Alifba. Akan tetapi, Rahman adalah murid mengaji yang paling setia dan menurut kepada gurunya. Suatu hari, guru mengajinya akan pergi menunaikan ibadah haji. Rahman ingin sekali ikut dan tidak mau ditinggalkan oleh gurunya. Ia merajuk. Oleh gurunya ia disuruh untuk naik ke pohon kelapa dua minggu kemudian, dan sambil berpegangan pada dua daun kelapa ia dapat terbang ke Mekkah. Di saat lain, gurunya berpesan kepada murid-murid lain agar melarang Rahman naik pohon kelapa.

Tanpa disangka, karena murid-murid yang lain lupa akan pesan gurunya, Rahman memanjat pohon kelapa dan kemudian terjun. Ia kemudian terbang dan sampai ke Mekkah, mendahului gurunya yang datang kemudian. Gurunya terkejut dan bertanya bagaimana ia bisa sampai. Rahman menjawab bahwa ia melakukan apa yang diperintahkan oleh guru tersebut. Demikian juga pulangnya, ia melakukan hal yang sama dengan menaiki pohon kurma dan sampai ke kampungnya lebih dulu dari gurunya. Orang tuanya tidak mempercayai Rahman yang katanya sudah ke Mekkah bersama gurunya, hingga gurunya mengatakan yang sebenarnya.
Akhirnya Rahman ditunjuk oleh gurunya untuk menggantikan posisinya sebagai guru di surau, sepeninggal gurunya yang meninggal dunia. Penunjukan itu dilakukan oleh gurunya tiga hari setelah guru tersebut dimakamkan. Ia berpesan kepada murid-muridnya agar mengunjungi makamnya tiga hari kemudian, akan tetapi hanya Rahman yang datang, karena teman-temannya takut akan hari yang sedang hujan dan badai. Ajaibnya, Rahman dapat membaca Alqurán dengan baik, dan juga artinya. Demikian juga dengan pengetahuan agamanya yang melebihi gurunya. Akhirnya ia diterima oleh teman-teman dan orang kampungnya menjadi guru surau, dengan nama dan gelar baru: Tuanku Keramat.
Cerita-cerita dalam buku ini ditujukan kepada anak-anak, yang oleh penerbitnya dikategorikan sebagai cerita lucu dan mendidik. Disertai sejumlah ilustrasi yang dikerjakan oleh Baharudin, buku ini menawarkan cerita yang menarik, dengan bahasa yang mudah dipahami, dan segar. Junus adalah salah seorang penulis cerita dan buku untuk pelajaran sekolah, yang sebagian diterbitkan oleh Balai Pustaka.
Sebagai catatan, beberapa kata arkais Bahasa Minangkabau yang terdapat dalam buku ini di antaranya adalah kampil sandang (bakul bertali yang terbuat dari anyaman pandan) atau juga dagang (pikul). Cerita-cerita seperti dalam buku ini menarik untuk dibaca kembali oleh anak-anak dan pembaca umum, karena merekam banyak khazanah budaya dan kejadian yang terjadi di tengah-tengah masyarakat, selain pesan moral dari cerita-cerita ini.
Rubrik “Pusaka sastra” ini mengulas secara ringkas buku-buku, terutama karya sastra, yang pernah diterbitkan di Sumatera Barat. Keinginan untuk kembali menelusuri, mengingat, dan mengenalkan sejumlah karya sastra dan karya intelektual yang menjadi bagian dari sejarah di Sumatera Barat ini, dimaksudkan untuk merangkai sejarah sosial budaya, khususnya sejarah sastra Indonesia di Sumatera Barat. Buku-buku yang dibahas dalam rubrik ini merupakan hasil penelusuran di perpustakaan Universitas Leiden. Tentu saja rubrik ini tidak dapat memberikan ulasan yang menyeluruh. Karena itu, jika ada masukan atau saran dari pembaca mengenai buku yang pernah didengar atau dibaca informasinya, dan bernilai penting bagi kita bersama, dan masih dapat dilacak, dan selayaknya untuk dibahas di rubrik ini, dapat disampaikan ke redaksi@cagak.id





